Apakah Banjir Di Wamena Wamena Ulah Manusia Atau Rencana Tuhan Melalui Skenario Alam Semesta ?
Inilah pertanyaan yang munkin patut dipertanyakan apa solusi dan bagaimana untuk menjaga keseimbangan kehidupan manusia alam semesta di planet bumi ini untuk masa depan anak cucu kedepannya.
Sejak akhir tahun 90 an sampai dengan awal tahun 2000 an hidup di wamena tidak pernah terjadi banjir seperti ini.
Pada akhir tahun 2021 ke wamena kondisi wamena sudah berubah, manusia dan perumahan sudah padat.
Pasar yibama dibangun saat itu erah bupati David Hubi gantikan sebelumnya J B wenas bangun pasar baru jauh dari kota wamena.
Jalan baru dari kama dibangun tembus pasar baru sebelumnya hanya satu jalan lewat hom-hom menuju pike.
Saat itu pembangunan hanya batas perkotaan jalan naik dari kama lurus ke arah atas. Sementara daerah pitikelek sampai ke hom-hom rumah masih satu-satu.
Sebagian besar masih hutan perkebunan tidak ada pembangunan perumahan sekarang.
Kali hetu dan kali helo masih bagus awal Tahun 200 an masih mandi-mandi karena kali masih jerni dan bersih.
Tetapi akhir 2021 keliling-keliling sampai ke pasar baru tidak lihat hutan lokop tidak lihat perkebunan dan dalam kota melihat orang papua.
Sekitar gunung susu sampai ke arah ibele kepala air helu dan hetuma sampai arah muai lewat hom-homo sudah padat rumah.
Kali helo dan hetuma sudah terlihat air sungai yang mengalir terlihat hanya sampah yang full.
Sejak masih kecil di wamena sampai sekarang sudah tua ini baru pertama kali melihat banjir seperti ini.
Kebanjiran ini pasti ada faktor, perubahan iklim, cura hujan dalam volume besar tetapi dulu hujan besar tidak banjir seperti ini.
Kebanjiran selain hujan besar tetapi 90% bisa dipastikan keserakahan, kerakusan dan ketenaran manusia rakus merusak alam dan linggungan.
Tidak menghargai adat dan budaya setempat, merampas tanah hancurkan tempat lindung yang sakral memperbanyak pembangunan tanpa memperhatikan linggungan.
Negara dan Manusia dengan ambisi dan kerakusan nya tidak menjaga linggungan dan alam semesta melahirkan ekosida dampaknya seperti ini.
Kita baru bicara ancaman etnosida dan ekosida dari pembangunan yang tidak merawat lingkungan kehidupan surga menjadi neraka.
Mengacu dari pertanyaan awal di atas bahwa apabila banjir ini terjadi akibat ulah manusia berarti kita kembali kepada dua hukum.
Pertama hukum alam semesta berarti inilah hukum alam semesta terutama hukum polaritas dalam skenario dalam perubahan iklim berdasarkan ilmu pengetahuan.
Namun hukum alam semesta itu terjadi perubahan terjadi juga bisa faktor internal maupun kondisi eksternal diluar kemapuan manusia.
Sementara ini bentuk hukuman Tuhan melalui alam semesta akibat keserakahan manusia maka kita kembali kepada hukum penciptaan dan mandatnya kepada manusia.
Berdasarkan hukum penciptaan dimana dalam teori agama menjelaskan Tuhan menciptakan segala mahluk di dunia ini hewan maupun tumbuhan segala isinya diciptakan terlebih dahulu sebelum manusia.
Setelah tuhan menciptakan alam semesta dan segala isinya, kemudian Tuhan berpikir bahwa semua ciptaan ini siapa yang merawat, siapa menjaga sipa yang nikmati ?
Dari pertanyaan ini Tuhan menciptakan manusia untuk menjaga memelihara dan menikmati alam semesta dan isinya.
Tuhan menciptakan manusia sebagai pemimpin pelindung dan perawat atas semua ciptaanya di pelanet bumi ini agar menjaga keseimbangan kehidupan manusia maupun alam semesta.
Dengan demikian manusia tidak lagi menjadi pemimpin sesuai dengan mandat Tuhan berikan namun manusia menjadi penjahat dan menyalagunakan kewenagan serta tugas Tuhan berikan di bumi ini.
Manusia semakin serakah terhadap alam semesta mengakibatkan Tuhan berikan murka melalui alam semesta untuk memperingatkan manusia agar tidak jahat terhadap kehidupan alam semesta.
Manusia semakin rakus kekuasan ingin memiliki menguasai dan mengendalikan manusia lain dan alam semesta sehingga tuhan peringatkan kita jaga linggungan dan alam semesta
Mari kita jaga keseimbangan kehidupan manusia dan alam semesta dari ancaman etnosida dan ekosida terhadap tanah Papua.
#pengikut
@sorotan
#Papua_TerancamEkosida
#PapuaBukanTanahKosong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar