Generasi Mudah PAPUA Terancam Akibat Narkoba Dan HIV/AIDS Tanda Merosotnya Moralitas serta Iman atau sipritualitas. Diperlukan Peran Gereja DiPapua Untuk Selamatkan Mnusia PAPUA Terancam Genosida.
Masukan Saran dan
Kritik Terbuka Terhadap Didominasi Gereja Di Papua Paca Peringatan Injil Masuk
Mansinam 5 Februari 185-2025. Melihat
kondisi kondisi Papua saat ini secara objektif maka orang Papua benar-benar
berada dalam kondisi kritis secara politik, ekonomi, sosial budaya dan agama
serta keberlangsungan hidup berada di ujung tanduk.
Orang Papua benar
terancam punah secara sistematis masif dan terstruktur dalam cengkeraman
neokolonialisme kapitalisme dan militerisme dengan praktek otoritarianisme
sedang berlangsung di Papua. Secara politik dan ekonomi kolonialisme dan kapitalime penyebab
utama atas genosida secara sistematis ini.
Dalam struktur sosial
masyarakat Papua adat, agama dan budaya satu kesatuan memiliki tanggung jawab
moral untuk mampu menjaga melindungi dan melihara manusia serta keberlangsungan
hidup orang asli Papua. Namun kekuatan adat istiadat dan budaya dihancurkan agama
dihancurkan karena dominasi kekuasaan masuk intervensi dan membentuk indentitas
politik baru untuk kepentingan ekonomi politik kolonial dan kapitalisme.
Sekalipun demikian
sampai dengan saat ini puing puing kehancuran itu masih ada dan tetap eksis
melihara umat tuhan dan melihara adat istiadat dan budaya serta terus berusaha
untuk selamatkan Manusia Papua dan kehidupannya.
Lebih khusus kepada
beberapa organisasi gereja katolik dengan pastor -aktor pribumi Dewan gereja
Papua GKI di tanah Papua, KINGMI Papua, Batis GIDI dan muslim Papua terus
berusaha untuk selamatkan orang Papua. Dengan kegiatan jalan salib, bantuan
terhadap pengungsi dan mengeluarkan seruan terbuka beberapa tahun terakhir ini. Namun
rasanya hal itu tidak cukup ketiga melihat dinamika sosial kehidupan masyarakat
Papua terlepas persoalan politik dan ekonomi.
Dilihat dari kondisi
sosial masyarakat Papua terutama generasi milenium saat ini ada ancaman serius
karena kemerosotan moral, etika dan iman serta kehilangan indentitas sebagai manusia
yang bermartabat dan bermoral.
Disi saya ingin kritik
terhadap didominasi gereja di Papua terutama pemuda gereja atau PAM dan sekolah
guru-guru Minggu penatua gereja dan orang tua dalam keluarga selalu rajin ke
gereja. Kehancuran moral dan
kemerosotan iman, terhadap generasi muda mulai dari SD SMP SMA dan perguruan
tinggi sudah hancur karena kehilangan peran orang tua, gereja dan adat.
Pemusnahan secara
sistematis masif terstruktur terhadap generasi muda lebih khusus tetapi orang
Papua akibat hilangnya pran Agma dan Adat. Penyakit sosial
mengancam orang Papua adalah Minuman keras, Narkoba ganja, sabu dan jenis
narkotika lainnya.
Faktor ekonomi tetapi
juga akibat pergaulan bebas bebas dengan mengkonsumsi miras dan narkoba berdampak
buruk. Dampak
Seks bebas, transaksi Perempuan usia muda SMP bahkan SMA dan perguruan tinggi
dimublisai dari kota ke kota di Papua untuk kepentingan Ekploitasi yang sedang
dibekingi pihak tertentu mendapatkan keuntungan. Kemudian pergaulan
sosial tanpa pengawasan orang tua dan hilangnya pran Agma dan Adat
mengakibatkan banyak komunitas tempat transaksi manusia untuk pemuas nafsu
diiming-imingi dengan uang.
Bukan hanya itu
perubahan pola hidup membentuk indentitas baru akibat pergaulan bebas hubungan
seksual bukan hanya laki-laki dan perempuan. Namun ada juga Homo
seksual, lesbi/ lesbian melakukan transaksi seks semakin marak di Papua saat
ini. Memang
hal itu kebutuhan dan hak tidak bisa kita batasi dengan perubahan ini, namun
hal ini dilakukan dengan kontak ganti pasangan berdampak pada tingginya HIV
AIDS di Papua. Kalau hal untuk memenuhi kebutuhan hasrat dengan pasangan hidup
tidak ada persoalan karena itu pilihan.
Hal ini kebanyakan
dipengaruhi oleh minuman keras Narkoba bersenang-senang berpesta pora
berbeda-beda orang hanya memenuhi keinginan atau nikmati hedonisme secara tidak
langsung menyebarkan penyakit sosial salah satu HIV AIDS. Lebih
parah saat ini ada demi kebutuhan ekonomi anak perempuan dijadikan budak seks
dan mengeploitasi mereka dengan menempatkan mereka di tempat-tempat tertentu
lakukan transaksi atu barter.
Akibatnya angka HIV
AIDS di Papua tidak pernah turun malahan meningkat sampai banyak orang muda
meninggal karena penyakit-penyakit ini. Sekalipun pemerintah
mengeluarkan anggaran setiap tahun untuk tangani kasus HIV AIDS melalui KPA
baik tingkat provinsi dan kabupaten kota namun tidak pernah menurunkan angka
HIV tidak pernah ada kegiatan sosial membangun kesadaran kritis terhadap rakyat
lebih khusus genarasi Papua. Untuk yang dianggarkan terkadang jadikan proyek untuk keuntungan
pribadi dan tidak pernah melihat para ODA dan ODIV perawatan kesehatan obat dan
makanan bergizi untuk hidup jangka panjang seperti biasa secara normal.
Terkesan isu HIV AIDS
ini dibiarkan, dan dipelihara agar angka HIV kian meningkat agar menjadi lahan
proyek pihak tertentu untuk dapat keuntungan dari pemerintah menggunakan isu
HIV. Dalam kondisi peran
gereja atau Agama dan adat serta kerja organisasi sosial, organisasi gerakan
dan orang tua anak -anak sekolah membangun kesadaran kritis yang alternatif
untuk selamatkan generasi muda sedang punah.Terutama gereja, pemuda
gereja dibutuhkan gerakan sosial yang ril bukan hanya soal keimanan tetapi
bagaimana via misi kemanusiaan dengan kontekstualisasi teologi pembebasan
secara konkret. Gerakan keimanan atau
kegiatan keagamaan kolaborasi dengan hukum adat dan budaya untuk membangun
kesadaran serta membangun kepercayaan diri terhadap generasi muda.
Karena generasi muda
sudah terpolarisasi dan pola hidup baru dengan membentuk indentitas baru akibat
pergaulan bebas tetapi juga kepentingan Kolonialisme Ekploitasi dan kapitalisme
menghancurkan bangsa Papua terlebih dahulu hancurkan budaya, adat sistem
kepercayaan atau agama. Bisa baca tulisan saya Akun Facebook Nesta S dengan judul:
Ketika Tirani Hadir Dengan Topeng Palsu.
Di saat gereja fokus
pada hiraki dan metode pelayanan hanya setiap hari Minggu,penginjilan di negara
lain berdasarkan hiraki gereja moral dan iman bangsa Papua sudah runtuh. Umat tercerai-berai
sedang dihancurkan secara fisik maupun verbal, mentalitas pun sedang diporak
ponakan secara fisikis Selin akibat praktek Kolonialisme dan kapitalisme terpi
juga karena hilangnya pran Agma adat dan orang tua di rumah serta di sekolah.
Disi lain hilangnya
eksiteni adat budaya kehidupan manusia Papua terancam deforestasi hutan tetapi
generasi muda hancur karena hilangnya indentitas. Tidak ada nasehat dari
orang tua di rumah dengan pendidikan moral etika dan nasihat umum dari honai
atau rumah adat untuk memilhara budaya dan adat sebagai indentitas bangsa atau
menghargai martabat manusia punya norma sosial orang Papua.
Ini persoalan Etnosida
secara sistematis dan di sini peran gereja juga ikut memberantas budaya dan
adat mengatur hiraki normal sosial dengan dalil penyembahan berhala, atas nama
Injil dan gereja ikut menghancurkan indentitas dan hirarki bangsa. Dampaknya
orang Papua kehilangan jati diri sebagai manusia dan sebuah bangsa sehingga
mereka mencari indentitas baru dengan budaya luar yang datang membentuk mentalitas
baru yang merusak moralitas dan hancurkan iman.
Karena adat dan agama
atau gereja tidak sinkron atu kelaborasi untuk membina moralitas etika dan iman
atu spritualitas manusia Papua untuk mempertahankan kehidupan manusia Papua
sebagai bangsa yang bermartabat sebagai ciptaan Tuhan sebagai pemimpin di planet
bumi ini lebih khusus di bumi cenderawasih. Hal ini bisa lihat
kondisi objektif di Papua menjelang natal, duluya saat mau masuk bulan Desember
mulai membangun pondok natal, membina moralitas dan iman menjaga kebersihan,
kecician dan pemutaran lagu natal tidak lagi terlihat.
Pondok Natal diganti
dengan spanduk pamflet dengan simbol-simbol partai politik, wajah Borjuis cari
popularitas dan Suara rakyat atas nama keadilan kesejahteraan dan kasih
terhadap tidak Visi dan misi tentang keselamatan kehidupan manusia Papua. Yang
sangat ironis dan patut dipertanyakan peran gereja juga adat adalah hari natal
tanggal 25 Desember 2024 orang baku bunuh.
Perang suka, perang
karena politik praktis, masalah Perempuan, dan masalah ketabrakkan dimana peran
gereja dan hukum adat untuk menengahi dan menyelesaikan persoalan secara damai
dan bermartabat tanpa harus perang. Pada hal ada gereja
dari berbagai denominasi gereja di Papua, adat juga ada dimana-mana. Kegiatan gereja atu
keagamaan hari ini hanya kegiatan eforia, kegiatan seremonial dan nikmati
Hedonisme semata tidak benar mendidik moralitas, etika dan iman serta
spritualitas manusia Papua.
Untuk itu khusus untuk
gereja-gereja di Papua di Papua bersatu membangun gerakan sosial yang bergerak
membina moralitas dan spritualitas manusia Papua dengan kontekstualisasi teori
agama atau sistem kepercayaan kolaborasi dengan budaya dan adat istiadat agar
sinkron.
Kasus HIV AIDS narkoba,
minuman keras, pemberantasan Seks bebas. Hal-hal ambil tanggung
jawab dengan gerakan pemuda gereja untuk selamatkan manusia Papua dari ancaman
Etnosida dan genosida secara sistematis ini. Seruan, doa di setiap
hari Minggu, setiap hari keagamaan dan KKR tidak cukup efektif untuk membina
dan membangun kepercayaan atau iman dan menyelamatkan manusia Papua.
Momentum hari-hari
keagamaan gereja-gereja
di Papua benar merefleksikan
kondisi umat dan kehidupan manusia Papua secara objektif membuat gebrakan baru
untuk selamatkan umat. Usulan saya kepada
Pemuda Gereja GKI di tanah Papua, KINGMI, GIDI dan Babtis berpikir seperti
teologi pembebasan seperti Marthen Luther king di Jerman berfikir Revolusioner
berbasis pada realitas objektif.
Teori agama di mimbar
saja tidak cukup, harus punya tanggung jawab sosial dan moral dengan gerakan
pemberantasan minuman keras, narkoba dan pemberkasan seks bebas untuk
selamatkan manusia. Hari- hari besar keagamaan harus mengubah metode yang membangun
kesadaran kritis dan membina moralitas dan gerakan spritual yang menyentuh ke
rakyat terutama kelopok minoritas.
Misalnya momentum Injil
masuk, momentum Natal, pasakah dan hari besar keagamaan lainnya dorong kegiatan
sosial diluar mekanisme Hirarki atu terdisi gereja ibadah di mimbar. Menjelang
hari besar keagamaan harus dorong seminar, diskusi publik dengan menghadirkan
berbagai Nara sumber untuk kontekstualisasi teori agama yang dogmatis. Harus
kelaborasi sistem kepercayaan dan teorinya dengan teori antropologi Papua,
sosiologi, gerakan politik ekonomi serta sosial budaya lainnya.
Ini kita bicara manusia
yang memiliki sifat eksistensial membutuhkan jasmani dan rohani yang harus
seimbang sehingga dibutuhkan teologi pembebasan yang kontekstual untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia Papua. Kita juga perlu diskusikan tentang nubuatan I Samuel Knje di batu automeri di Wasior (
Wondama). I S
Kenje bukan hanya berbicara masalah agama atau sistem kepercayaan dengan
teorinya tetapi nubuatan beliau adalah tentang peradaban bangsa Papua.
Mulai dari peradaban
manusia, sistem kepercayaan, ekonomi, politik dan sosial budaya bangsa Papua. Diatas
batu ini saya meletakkan peradaban orang Papua, sekalipun orang pintar berakal
budi tidak akan bisa membangun bangsa ini, bangsa ini akan bangkit dan
membangun dirinya sendiri. Pernyataan ini tidak
Serta Merta diterjemahkan hanya dengan konteks gereja, bukan juga orang asli
Papua yang hari ini menjadi Gubernur, Bupati dan walikota dan DPR dalam sistem
kolonial Indonesia.
Untuk itulah dalam
perjalanan Injil masuk di manianam Manokwari kita mereferensikan dan evaluasi
peran gereja dan pemuda gereja di Papua bagaimana menjelamatkan Bangsa Papua
secara jasmani maupun rohani. Gereja tidak bisa tersandera dengan Hirarki Agama dan sistem
kepercayaan, lihat masalah sosial bagaimana peran gereja dalam pembangunan
peradaban bangsa Papua secara Yasmine.
Ingat agama itu selalu
berevolusi contoh hari ini di timur tengah dalam catatan alkitab kita bacaan
kota Efesus hari ini negara Turki, Yudea Samaria termasuk Kota Bertlhem masuk
wilayah Palestina, kita dasmakus sekarang negara suriah perdidenya digulingkan
beberapa waktu lalu dan banyak Kota sebelumnya basis kristen kini Islam.
Hal ini menunjukkan
bahwa segala sesuatu akan berubah seperti di timur tengah dulunya tempat
pelayanan Yesus dan rasulnya itu sekarang menerima agama yang datang terakhir
yaitu Islam. Di Papua juga bisa saja
terjadi ketika gereja tidak antisipasi dan masyarakat memilih pola hidup dan
indentitas baru mulai politik, ekonomi budaya dan sistem kepercayaan.
Untuk sekali lagi
gereja dengan metode ibadah bisa saja berubah dengan metode diskusi, seminar
sosialisasi dan metode kreatif lainnya dengan singkoronisasi dengan gerakan
sosial, budaya adat norma sosial yang ada di masyarakat untuk membina hubungan
emosional yang baik. Ini bagian dari membangun kesadaran kritis spritualitas manusia
Moral dan merawat persatuan bangsa Papua.
Melalui seminar diskusi
publik pendidikan bersama demi keselamatan manusia Papua secara yasmani maupun
rohani dan mempertahan peradaban bangsa Papua dari ancaman. Gereja
di Papua lebih khusus pemuda gereja memiliki tanggung jawab moral dan tanggung
sosial sebagai pengikut Yesus Kristus dan memeluk kebenaran Yesus ajarkan. Pengikut Yesus tidak
cukup hanya mengajarkan keselamatan jiwa dari dari podium dan di atas mimbar
tentang pertobatan untuk keselamatan jiwa saja.
Menjadi teladan Yesus
harus mengorbankan diri dan menyebarkan teologi pembebasan. Bagaimana
kita bisa berpikir tentang keselamatan jiwa tetapi, bagaimana secara psikologis
dan secara Yasmani hidup dalam ketakutan trauma, hidup dalam pengungsian di
hutan. Bicara
keselamatan harus realistis dengan dunia penindasan, manusia harus dibebaskan
dari perbudakan.
Jika anda tidak siap
menderita demi kebebasan Bangsa anda tidak siap jadi pengikut Yesus karena anda
takut mati bicara Papua Merdeka. Agama di Papua khusus kristen harus punya
referensi humanisme dan memiliki algurisme baik secara individu maupun
organisasi keagamaan.
Sikap humanisme dan
Altruisme untuk melihat masalah sosial secara objektif, ada tangung jawab
moral, untuk menyelamatkan manusia tidak cukup hanya teori yang ada dalam
alkitab dan kotbah di mimbar tentang pertobatan tanpa melihat masalah sosial
sangat kaitannya dengan yasmani. Apa yang Yesus katakan
kepada muridnya bacalah Injil.Matius pasal 25:31-46.
Termasuk bicara Papua
Merdeka bicara untuk keselamatan orang asli Papua yang sedang menuju kepunahan,
selalu disiksa dipenjara dan menghadapi kematian saat ini. Karena bicara Papua
merdeka melihat kondisi masyarakat Papua dan alkitab menjamin, kita membela
batas tanah air kita
Ulangan 19:14 Janganlah
menggeser batas tanah sesamamu yang telah ditetapkan oleh orang-orang dahulu di
dalam milik pusaka yang akan kau miliki di negeri yang diberikan TUHAN,
Allahmu, kepadamu untuk menjadi milikmu. Ulangan 27:17
Terkutuklah orang yang menggeser batas tanah w sesamanya manusia. Amsal 22:28
Jangan engkau memindahkan batas tanah s yang lama, yang ditetapkan oleh nenek
moyangmu.
Amsal 23:10 Jangan
engkau memindahkan batas tanah b yang lama, dan memasuki ladang anak-anak
yatim. Hosea
5:10 Para pemuka Yehuda adalah seperti orang-orang yang menggeser batas ke atas
mereka akan Kucurahkan gemas-Ku seperti air. Matius pasal 15.13
Setiap pohon yang tidak ditanam oleh bapaku di surga dicabut dengan akar
akarnya.
Maka Saya
percaya setiap orang yang mati karena bicara kebenaran Papua Merdeka masuk
surga. Jadi teladan Yesus harus siap menderita, siap jadi buronan siap masuk
penjara dan siap menghadapi kematian demi pembebasan Bangsa. Menjadi pengikut Yesus
tidak cukup hanya kegiatan sosial sifatnya seremonial.
Che Guevara, Nelson
Mandela, Mahatma Gandhi, mereka menjadi teladan Yesus, mengorbankan kemanusiaan
mereka demi keselamatan manusia lain. Lebih baik penjahat
sangat terhormat memikirkan temannya.Daripada pdt menjual umatNya. Lebih baik
preman melindungi temannya daripada pdt menipu jemaat.
Soal Kekristenan bukan
persoalan kamu kotbah di mimbar, bukan ko rajin ibadah, bukan soal kamu tau
banyak pengetahuan ajaran dan menghafal ayat- ayat Alkitab. Kekristenan soal
tindakan dari yang kamu ketahui Kekristenan soal iman dan perbuatan.
Kondisi Papua
membutuhkan Perbuatan yang menirukan teladan Yesus, kerja harus independen
tidak berpihak kepada penjahat dan kejahatan. Agama, Adat, Budaya dan
Hukum Di Tangan Yang Salah Akan Hancur Semuanya. Kondisi ini yang sedang
dihadapi oleh orang Papua saat ini karena agama turut memperkuat sistem
penindas sementara penindasan semakin Masif. Peran kerja terhadap
masalah sosial sangat penting untuk kepentingan umum bukan hanya untuk
melegitimasi kekuasaan negara dan institusinya.
Agama memiliki peran
strategis dalam mengkonstruksi dan memberikan kerangka nilai serta norma dalam
membangun struktur negara dan pendisiplinan masyarakat. Negara menggunakan
agama sebagai legitimasi dogmatik untuk mengikat warga negara agar mematuhi
aturan-aturan yang ada.
Adanya hubungan timbal
balik itulah yang kemudian menimbulkan hubungan saling mendominasi antar kedua
entitas tersebut. Negara yang didominasi unsur kekuatan agama yang terlalu kuat
hanya akan melahirkan negara teokrasi yang cenderung melahirkan adanya
hipokrisi moral maupun etika yang ditunjukkan para pemuka agama.
Kondisi tersebut
terjadi karena adanya pencampuradukan unsur teologis dan materialis secara
konservatif. Adapun negara yang mendominasi relasi agama justru menciptakan
negara sekuler yakni persoalan agama kemudian termarjinalkan dan tereduksikan
dalam pengaruh kehidupan berbangsa dan bernegara, keduanya harus seimbang.
Isu tentang relasi
agama dan politik merupakan isu tua dalam sejarah manusia modern, keduanya pun
senantiasa memantik polemik ihwal posisi agama dalam arena politik yang
setidaknya, melibatkan dua kelompok yang secara diametris berlawanan. Satu
pihak mengampanyekan agar agama dilibatkan dalam setiap pertimbangan politik.
Gagasan ini dikenal sebagai teokrasi, pemerintahan berbasis agama.
Konsekuensinya, agama menjadi payung tertinggi dalam setiap kebijakan politik.
Disisi lain, ada pihak yang justru menolak campur tangan agama dalam urusan
politik.
Agama harus ditepikan
dari diskursus publik dan dimengerti sebagai perkara privat yang hanya
menyangkut kepentingan individu per individu. Agama tidak lebih dari urusan
ritual yang menggambarkan dependensi manusia dengan tuhannya. Agama
selalu menjadi komoditas politik. Antara agama dan politik mempunyai
kepentingan masing-masing. Politik membutuhkan agama sebagai alat
legitimasinya, dan agama membutuhkan politik sebagai alat penyebarannya
sehingga hubungan agama dan politik adalah simbiotik.
Politisasi agama adalah politik manipulasi mengenai pemahaman dan pengetahuan keagamaan/kepercayaan
dengan menggunakan cara propaganda, Indoktrinasi, kampanye, disebarluaskan,
sosialisasi dalam wilayah publik dilaporkan atau diinterpretasikan agar terjadi
migrasi pemahaman.
Permasalahan dan
menjadikannya seolah-olah merupakan pengetahuan keagamaan/kepercayaan,
kemudian, dilakukan tekanan untuk mempengaruhi konsensus keagamaan/kepercayaan
dalam upaya memasukan kepentingan sesuatu kedalam sebuah agenda politik
pemanipulasian masyarakat atau kebijakan publik.
Politisasi agama
merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendukung dan mengesahkan
sekularisme dalam politik. Peran dari politisasi agama yaitu sebagai hal
negatif yang mencampur agama dengan politik. Politisasi agama diberi kesan
buruk sehingga sekularisme politik dapat dilakukan. Agama dianggap sebagai
sesuatu yang suci, sedangkan politik merupakan sesuatu yang kotor, sehingga
keduanya harus dipisahkan.
Alasan pemisahan yang
juga diberikan ialah bahwa agama merupakan urusan pribadi, sementara politik
merupakan urusan public. Inilah yang kita lihat prilaku licik para pebuka agama
kongkalikong dengan borjuis lokal di Papua yang mengadaikan dan menghancurkan
kehidupan manusia Papua saat ini untuk kepentingan oligarki Penguasa. Hal
ini yang terjadi di Papua dimana aktor -aktor intelektual gereja menjadi pilar
utama menghancurkan kehidupan manusia Papua mendukung kolonialisme Indonesia di
Papua.
Gereja dijadikan sarang
penyamun umat elit politik munafik mengemis suara dalam kegiatan keagamaan
untuk cari popularitas dan mengemis suara agar menjadi pilar dalam sistem
kolonial dan kapitalisme. Agama suku dan budaya ditangan yang orang yang beretika dan
tidak punya moralitas hanya melahirkan kemerosotan dan hilanglah etika dan
moral.
Kompleksitas dijadikan
sederhana menghancurkan kehidupan, menghancurkan indentitas, menghancurkan
nasionalisme meratakan persatuan, memecah belah jiwa. Simbol
cuci dijadikan permainan dalam kepalsuan, hilanglah kejujuran. Nilai
luhur dijerat oleh tipu daya membawa membawa luka meretas asa. Ditengah gelap
kita mencari terang memulihkan makna, dalam langkah Berjuang. Jangan
biarkan nilai luhur hancur, jika ingin membangun membangun dengan cinta kasih
yang jujur adil dan menghargai budaya bangsa dan martabat manusia.
SELAMATKAN MANUSIA PAPUA TANGGUNG JAWAB BERSAMA.