Masalah antinatalisme maupun pronatalisme jarang dibicarakan di kalagan aktivis yang memperjuangkan tentang penindasan perempuan pada hal kasus kekerasan terhadap perempuan papua kerap terjadi di papua. Kebanyakan kasus pronatalisme yang kerap melahirkan penindasan terhadap perempuan namun dianggap biasa karena faktor patriarki.
Melihat sejumlah kasus yang melahirkan penindasan perempuan baik kekerasan fisik maupun verbaaaaal bahkan banyak kasus femesida di papua dan yang mengalami adalah perempuan papua. Untuk itu saya sengaya mengangkat persoalan ini supaya bisa didikusiakan sekaligus menaci solusi alternatif tetapi juga membangun kesadaran terhadap perempuan maupun laki-laki.
Natalitas merupakan satu hal yang perlu diperhatikan setelah melihat argumentasi pronatalisme maupun antinatalisme untuk menjaga keseimbangan apabila kelebihan populasi maupun kekurangan populasi karena keduanya memiliki efek positif maupun negatif terhadap keseimbangan kehidupan dan keseimbangan alam semesta.
Angka pertumbuhan penduduk di Indonesia masih tinggi yakni di atas 1% tiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk sebuah negara dikatakan seimbang jika mencapai zero population growth. Di Indonesia pertumbuhan indeks pembangunan manusia tinggi setiap tahun. Sedangkan di Papua populasi penduduk semakin berkurang angka kematian tinggi angka kelahiran hampir 0% atau index pembangunan manusia rendah.
Khusus di Papua sebenarnya masyarakat hampir 100% pronatalisme namun angka kelahiran tidak ada sementara yang ada angka kematian dalam kondisi terjajah. Apabila sesuai dengan argumentasi pronatalisme manusia Papua (orang asli Papua) habis punah di tanah ini yang jelas orang Indonesia datang mengisi dan hidup di Papua.
Karena populasi jumlah penduduk Indonesia pertumbuhan semakin tinggi terutama di pulau Jawa. Sehingga pemerintah Indonesia mencanangkan program transmigrasi dan pemekaran wilayah seperti provinsi dan kabupaten kota di Papua supaya orang migran Indonesia mengisi di Papua. Hal ini berkaitan dengan Kolonialisme Pendudukan dan kolonialisme deportasi di Papua.
Setelah membaca prespektif yang disampaikan oleh Nandita Bajaj adalah Direktur Eksekutif Population Balance, dan membaca beberapa novel masyarakat patriarki feodal hal ini perlu juga menjadi diskusi untuk kita di Papua.
Karena pronatalisme maupun antinatalisme hal ini sebenarnya bukan berkaitan dengan persoalan perempuan tentang kesuburan dan kekerasan melahirkan penindasan Perempuan termasuk kasus Femisida kerap terjadi di Papua maupun di Indonesia.
Ini persoalan keseimbangan kehidupan manusia di pelanet bumi ini dan bagaimana menjaga keseimbangan alam semesta hari ini semakin rusak oleh manusia terutama kapitalisme.
Memang pronatalitas dan antinatalitas merupakan dua faktor yang harus diperhatikan dan diperhitungkan secara matang, seperti untuk mengetahui data jumlah penduduk di suatu daerah atau negara.
Pronatalitas merupakan faktor yang mendukung kelahiran. Sebaliknya faktor antinatalitas adalah faktor yang menghambat kelahiran. Dilihat dari dua kontradiksi pemikiran pronatalisme dan antinatalisme dengan argumentasinya masing-masing. Apakah tidak ada jawaban lain apabila keduanya memiliki argumentasi yang logis dan rasional.
Kita melihat hukum alam semesta dimana hukum feminim dan hukum polaritas tentang menjaga keseimbangan kehidupan dan alam semesta. Berdasarkan hukum polaritas maka berbicara tentang soal hukum kodrat yang tidak bisa diubah manusia dengan aturan hukum apapun karena semesta punya hukum sendiri.
Kemudian hal perlu dijawab oleh masyarakat pronatalisme adalah populasi terlalu banyak pelanet bumi ini akan penuh. Di sisi lain alam semesta dan lingkungan rusak benaca alam dimana ini perbuatan manusia tidak bisa menjaga keseimbangan.
Apabila pelanet manusia penuh dan untuk memenuhi kebutuhan hidup tentunya merusak hutan untuk mencapai sumber produksi makanan minuman.
Jika semua hutan digundul habis bagaimana manusia dapat udara dapat air minum kebutuhan lainnya yang berasal dari alam ?
Sedangkan pertanyaan untuk masyarakat antinatalisme termasuk pemerintah yang antinatalisme adalah. Jika pemerintah dan masyarakat modern Antinatalisme apabila laju pertumbuhan manusia dibatasi kemudian tidak ada angka kelahiran bagaimana kehidupan manusia selanjutnya. Apakah manusia yang sudah ada ini akan hidup ribuan tahun dengan metode ganti kulit seperti ular. Jika tidak manusia tidak memproduksi anak siapa yang akan berkuasa di planet bumi ini.
Apakah manusia menciptakan virus dan senjata biologis seperti covid 19 dan HIV AIDS dan juga virus pemuna manusia seperti Bom Nuklir bagian dari rencana mengurangi populasi manusia?
Dari dua pertanyaan diatas kita perlu pertanyakan adalah tentang hukum polaritas dan berkaitan dengan keseimbangan pelanet bumi menjaga dan melestarikan serta memelihara. Berkaitan dengan hukum polaritas kita juga perlu teori agama tentang penciptaan manusia ditempatkan pelet bumi ini.
Menurut teori agama Tujuan manusia diciptakan di bumi ini dengan tugas utama adalah menjadi pemimpin atas semua manusia makhluk hidup di bumi ini dan menjaga serta melestarikan alam semesta sesuai hukum polaritas.
Maka Tuhan menciptakan semua hewan dan tumbuhan Tuhan berpikir siapa menikmati dan memelihara semua ciptaannya sehingga manusia diciptakan terakhir sebagai pemimpin di bumi.
Dengan melihat hukum polaritas dan hukum Tuhan dengan Tujuan hidup manusia di dunia ini maka, jadi pertanyaan kenapa ada kontradiksi dan pro kontra natalime. Jika kita lihat dari dua argumentasi pronatalisme maupun antinatalisme dengan sandingkan kondisi objektif kehidupan manusia di pelanet bumi ini yang merusak dan yang jahat adalah manusia. Manusia pelaku utama kerusakan alam semesta menjadi penjahat terhadap sesama manusia.
Setelah di simak ulasan dan referensi saya pikir kita lebih memilih kehidupan tanpa negara. Sesuai dengan pandangan filsuf Thomas Hobbes tentang kehidupan manusia tanpa negara. Hidup dengan alam semesta memiliki kebebasan tanpa intervensi orang lain atau kekuasaan.
Perselisihan itu sederhana tetapi saya menemukan kebencian besar yang terpendam di dalamnya. Shakespeare
Sementara itu menurut Bahlul Majnun Manusia memiliki ego untuk menang. Majnun mengatakan di dalam perselisihan yang tidak sehat terdapat ego dan ambisi untuk menguasai, sehingga menimbulkan gesekan bahkan kebencian.
Menurut Menurut Thomas Hobbes manusia adalah serigala bagi sesamanya. Superior complex). Filsafat Moral dan politik serta Hukum menurut Thomas Hobbes. Manusia adalah serigala bagi manusia yang lain (red. homo homini lupus). Manusia dalam pemenuhan kepentingannya akan selalu berkonflik satu sama lain. Manusia akan menumpahkan darah manusia lain untuk memenuhi kepentingannya.
Semoga Masalah hukum polaritas Masalah penindasan perempuan, masalah dominasi dan tocx maskulinitas dan feminisme ini menjadi perhatian. Karena ini bukan soal pro kontra tentang natalisme atau soal laki-laki dan perempuan dalam ruang lingkup gender atau jenis kelamin.
Ini masalah kapitalisme kolonialisme di Papua bukan hanya mengancam manusia tetapi tetapi ini soal kehidupan manusia Papua secara keseluruhan. Ini soal keseimbangan dan keberlangsungan kehidupan manusia dan alam semesta di Papua saat ini sedang terancam akibat kolonialisme dan Kapitalime melahirkan Genosida Ekosida dan Etnosida secara masif istematis dan terstruktur.
Masalah ini jarang didiskusiakan dikalangan aktvis baik aktvis gerakan maupun aktivis femenis juga pemerhati HAM di papua. Karena masalah pronatalisme ini juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kekerasan dan penindasan terhadap perempuan kerap terjadi. Semoga hal ini bisa didiskusiakan oleh kawan-kawan yang konsisten memperjuangkan isu perempuan di Papua.
PEMBEBASAN BANGSA TIDAK DAPAT DIPISAHKAN TENTANG PEMBEBASAN PEREMPUAN SALAH SATU PILAR UTAMA DALAM PEMBANGUNAN NATION.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar