Minggu, 23 Februari 2025

Pran Mahasisa Dan Slogan Agen Perubahan



Dalam prespektif teori hegemoni fungsi mahasiswa sebagai sosial kontrol bukan sekedar kewajiban moral, tetapi bagaimana perjuangan revolusioner untuk sebuah perubahan dan melawan ketidakadilan sosial serta melawan dominasi penguasa yang kapitalistik menidas rakyat.
Mahasiswa harus dan terus mempertanyakan, apakah kita sedang mempertanyakan ketertindasan yang sedang terjadi dan membongkar hegemoni atau justru menjadi alat penguatnya, apakah kampus tempat memproduksi tenaga kerja produktif (sumber daya manusia SDM ) atau kampus mengikatkan kualitas manusia agar mampu berpikir kritis menciptakan keadilan dalam tatanan kehidupan sosial.

Dari pertanyaan ini mahasiswa harus memposisikan diri apakah sekolah untuk menjadi tenaga kerja produktif dan anda diperbolehkan sebagai SDM untuk mengisi pekerjaan atau memposisikan diri sebagai fungsi kontrol sosial dan menjadi agen perubahan.

Jika anda mahasiswa memposisikan diri sebagai fungsi kontrol sosial dan agen perubahan berarti jangan belajar untuk mendapatkan nilai mengejar gelar dan ijazah. Apabila anda memposisikan diri sebagai agen perubahan anda belajar mendalam ilmu, mempertajam daya kritis, kemampuan analisis dan mampu menciptakan perubahan tatanan kehidupan sosial yang adil.

Jika menjadi agen perubahan maka tidak bisa menjadi agen pasif membiarkan sistem menindas menjadikan anda sebagai subjek dalam dalam melanggengkan kekuasaan yang menindas rakyat.
Mahasiswa sebagai fungsi kontrol sosial dan agen perubahan penting mendorong kesadaran kolektif selalu kritis melawan dominasi penguasa.
Dalam prespektif teori hegemoni tugas mahasiswa bukan hanya sekedar mengkritik kebijakan penguasa tetapi juga membangun narasi alternatif tentang perubahan dan mampu menjatuhkan rezim dan dominasi Ideologi kekuasaan.

Mahasiswa sebagai agen tidak cukup hanya idealisme menentang kebijakan politik penguasa tanpa berpikir solusi alternatif karena idealisme mampu diperdagangkan ketika diperhadapkan dengan tawaran lapangan kerja disediakan dalam sistem Penguasa.
Mahasiswa sebagai agen perubahan konsisten mempertahankan idealisme dengan mempersiapkan narasi alternatif secara ideologi karena perubahan itu bisa terjadi melalui revolusi. Mahasiswa harus melihat secara objektif apakah perubahan kita inginkan melalui revolusi atau melalui reformasi birokrasi.
Selain itu perubahan yang kita impikan dan perjuangan apa masalah suptansinya, malah kesenjangan sosial, kesenjangan ekonomi, masalah HAM atu masalah politik. Hal yang tidak kalah pentingnya lagi adalah apakah perubahan kita perjuangkan dan melawan dominasi penguasa di tanah setengah terjajah atau hidup di tanah yang terkoloni secara ideologi politik.

Mengapa hal penting supaya kita bisa simpulkan perubahan yang kita perjuangkan adalah perjuangan reformis dan sifatnya reformis jika kita berjuang didalam negara yang setengah terjajah atau setengah mereka.
Sementara kita berjuang sebagai manusia terkoloni di tanah terjajah maka kita berjuang bukan karena hidup dalam negara setengah terjajah tetapi kita berjuang sebagai manusia yang sedang terjajah oleh bangsa asing.
Maka perjuangan mahasiswa sebagai agen perubahan harus memiliki prinsip politik prinsip Ideologis dan perubahan Kita perjuangan diperlukan melalui reformasi atau revolusi. Sehingga mahasiswa sebagai fungsi kontrol sosial dan agen perubahan memiliki prinsip, konsisten, menjaga integritas, moralitas dan keberanian intelektual yang memiliki narasi alternatif yang revolusioner dan konstruktif demi perubahan dan menyelamatkan kehidupan bangsa. Mahasiswa harus pintar utama penggerak terhadap perubahan sosial menjujung tinggi nilai kebenaran dan keadilan.

Apa itu Konsep Dasar Teori Hegemoni

Teori hegemoni menjelaskan bagaimana kekuasaan tidak hanya mempertahankan melalui dominasi fisik atau paksaan tetapi juga melalui persetujuan sukarela dari masyarakat terhadap nilai-nilai, norma dan ideologi yang diciptakan oleh kelas penguasa. Hegemoni bersifat Ideologis dan mekar melalui institusi pendidikan, media, agama dan budaya. Dominasi diciptakan legitimasi dan kebijakan yang tidak mungkin berpihak pada rakyat. Resistensi muncul ketika kesadaran kritis terhadap ketimpangan struktural berkembang di masyarakat.

Peran Mahasiswa Sebagai Control Sosial

Mahasiswa bagian dari civil cosiety memiliki peran strategis dalam menganalisis, mengiritik dan menantang hegemonik yang diciptakan oleh kekuasaan dominan. Fungsi mahasiswa sebagai agen dan fungsi kontrol sosial sebagai berikut:
Mengembangkan kesadaran kritis. Dalam pandangan Gramsci resistensi dimulai dari kesadaran kritis critical consciousness mahasiswa melalui akses terhadap pengetahuan dan informasi mampu mengidentifikasi kepentingan dalam sistem sosial, politik dan ekonomi.
Mereka bertugas untuk membuka mata masyarakat terhadap bentuk-bentuk hegemoni yang tidak terlihat seperti bias dalam kebijakan pendidikan Ekploitasi tenaga kerja atau ketimpangan distribusi sumber daya.

Memproduksi dan memperluaskan wacana alternatif. Hegemoni ideologi dapat dilawan melalui produksi wacana tandingan yang berakar kepentingan rakyat. Mahasiswa sering menjadi pengerak utama dalam menyebarkan wacana kritik baik melalui tulisan diskusi publik aksi unjuk rasa maupun media sosial.
Bangun aliansi strategis. Gramsc menjelaskan pentingnya historical bloc yaitu aliansi berbagai kelompok yang memiliki kepentingan yang sama. Mahasiswa memiliki kemampuan untuk melakukan mobilisasi masyarakat lintas sektor petani buru pengusaha kecil kaum miskin kota mama-mama pasar dalam melakukan perlawanan terhadap dominasi dan kebijakan hegemonik yang merugikan rakyat.

Mengawal kebijakan publik
Fungsi mahasiswa sebagai watchdog terhadap kebijakan sangat relevan.Mereka bertugas mengawasi dan mengevaluasi monitoring dan evaluasi kebijakan yang cenderung mencerminkan kepentingan elit daripada masyarakat luas.
Tantangan Mahasiswa Sebagai Control Sosial. Tangan terbesar bagi mahasiswa sebagai agen perubahan adalah;
1).Menghadapi represi kritik terhadap status quo seringkali menghadapi perlawanan baik dari kepolisian maupun institusi kampus, orang tua dan masyarakat sudah terhegemoni dengan retorika narasi penguasa.
2).Melawan Pragmentasi. Seringkali kesadaran kolektif terpecah karena perbedaan ideologi internal mahasiswa, sehingga sulit bergabung dalam gerakan yang solid.
3). Digitalisasi Gerakan; Di era media sosial suara kritis mahasiswa sering dibungkam dengan algoritma, pembingkaian ulang narasi atau sekedar telegram dalam kebisingan noise digital.
Tangan seperti ini tidak cukup hanya mengandalkan idealisme dengan slogan semata sebagai agen perubahan. Masifnya dominasi penguasa tidaklah cukup hanya perjuangan revormis tanpa ada narasi alternatif yang Ideologis.

Gerakan Aktivisme Slogan Lawan
Aktvisme Mahasiswa maupun Aktivitas gerakan saat ini, gerakan aktivis tampak terlihat begitu banyak aktivitas perlawanan terhadap berbagai isu sosial, politik isu ekonomi, hukum dan isu lingkungan.
Aktvisme saat ini tampak terlihat berbagai macam gerakan dan keberanian mengunggah di media sosial Instagram, Facebook Tiktok dan x/tiwiter. Pertanyaannya adalah apakah mereka memahami esensinya apa yang mereka perjuangkan apakah mereka punya analisis dan punya perencanaan efektif untuk perubahan dan jalan sebagai solusi alternatifnya?

Apakah mereka memahami dan mengetahui jalan keluarnya bisa ia bisa juga tidak, sebab sangat dilematis untuk menjawab mereka memahami atau tidak apa yang perjuangankan dunia aktvisme saat ini. Sebab yang kita saksikan adalah Aktvis mahasiswa, Aktvis gerakan yang mengikat kepalan tangan kiri dengan idealisme begitu lantang menolak Kolonialisme Kapitalisme dan Imperialisme.

Mereka dengan gagah dan berani menyuarakan ketidakadilan, penindasan, penjajahan dan kemiskinan kini berlomba-lomba ingin memperkuat sistem yang mereka menantang atas nama kebenaran dan keadilan.
Sangat memprihatikan dan sulit dipercaya dunia aktvisme saat ini, sebab mereka tau masalah dalam dunia aktvisme tetapi mereka tidak tau siapa aktor dan apa penyebabnya sehingga menimbulkan akibat. Lebih sulit dipahami adalah mereka yang mentang kini jadi sekutu yang kuat masifkan penindasan itu ketika mereka menjadi tenagah produktif.

Kayaknya banyak yang tidak memahami dalam dunia aktvisme banyak diantara mereka tidak memahami hal-hal yang mereka sebut dengan Kolonialisme, kapitalisme Imperialisme dan Militerisme. Mereka hanya tau sepintas saat aksi konsolidasi apa yang mereka perjuangkan tetapi mereka tidak siapa sebenarnya mereka lawan apakah melawan manusia (pemerintah berkuasa) atau Sistem yang merdeka lawan? Disinilah dilematis dan mungkin juga ambiguitas dalam dunia aktvisme saat ini.
Inilah kejamnya kebudayaan famo dan dunia aktvisme anak mudah sekarang ini yang melekat dalam gerakan kekinian. Dunia gerakan perlawanan hari ini kehilangan arah dan tujuan perjuangan dalam gerakan aktvisme Mahasiswa maupun Aktivitas gerakan saat ini.

Sangat ironis memang mereka yang menantang sistem hukum yang tidak adil, mereka yang mentang sistem neokolonialisme, Kapitalime dan meliterisme serta oligarki Penguasa global kini menjual idealisme untuk memperkuat sistem penindas.

Apakah anda lupa suara lantang bicara tentang sistem yang menindas, apakah anda lupa melawan diskriminasi rasial oleh Kolonialisme. Ingat setiap hal yang keluar dari tubuh adalah najis namun kini kalian menyilatnya muak melihatnya. Anda kini percaya pada teori perubahan yang disajikan dalam sistem kolonial tidak percaya lagi pada revolusi.
Manusia-manusia terdidik sekurang-kurangnya punya cukup martabat dan moralitas serta kesadaran sosial atas terhadap kemanusiaan. Kepada siapa saya mengabdi apa kontribusi saya terhadap sesama manusia tertindas, dan solusi alternatif ditawarkan melalui jalan revolusi daripada menjadi menjadi penindas tak bermoral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGKULTUSAN DAN FANATISME BUTA MEMBUNUH NALAR

FENOMENA PENGKULTUSAN DAN FANATISME BUTA MEMBUNUH NALAR Kepatuhan buta dan fanatisme pengkultusan melahirkan patronisme adalah tantangan dan...